Dan membangkitkan mereka adalah hal yang sangat mudah bagi Allah. Lebih mudah dari menciptakan langit. Allah berfirman:
[27] أَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ ۚ بَنَاهَا
“apakah penciptaan kalian yang lebih hebat, ataukah langit yang telah dibangun-Nya?”
[28] رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا
“Dia telah meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya”
Allah telah menyempurnakan bangunan langit hingga ke tujuh. Langit pertama saja tidak ada yang pernah mencapainya. Apakah penciptaaan kaum musyrikan lebih hebat ataukah penciptaan langit? Maka jika seandainya penciptaan langit lebih hebat sungguh membangkitkan manusia itu lebih mudah. Seakan-akan Allah mengatakan demikian. Al-Qurthubi berkata :
أَخَلْقُكُمْ بَعْدَ الْمَوْتِ أَشَدُّ عِنْدَكُمْ وَفِي تَقْدِيرِكُمْ أَمِ السَّمَاءُ؟ وَهُمَا فِي قُدْرَةِ اللَّهِ وَاحِدٌ
“Apakah menciptakan (membangkitkan) kalian setelah kalian mati lebih susah di sisi kalian dan menurut perkiraan kalian ataukah penciptaan langit yang lebih susah?. Keduanya dalam kekuasaan Allah adalah sama mudahnya” (Tafsir Al-Qurthubi 8/329)
Kemudian Allah ﷻ menyebutkan tentang kekuasaan-Nya:
[29]وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا
“dan Dia menjadikan malamnya (gelap gulita), dan menjadikan siangnya (terang benderang)“
[30] وَالْأَرْضَ بَعْدَ ذَٰلِكَ دَحَاهَا
“dan setelah itu bumi Dia hamparkan”
[31]أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا
“darinya Dia pancarkan mata air, dan (ditumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya”
[32]وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا
“Dan gunung-gunung Dia pancangkan dengan teguh“
[33]مَتَاعًا لَكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ
“(semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu”
[34]فَإِذَا جَاءَتِ الطَّامَّةُ الْكُبْرَى
“maka apabila malapetaka besar telah datang”
Yang dimaksud dengan malapetaka besar yaitu hari kiamat. Dikatakan hari kiamat dengan kata الطَّامَّةُ yaitu mencakup seluruhnya (lihat Lisaanul ‘Arob 12/370), karena malapetaka tersebut umum meliputi segala sesuatu, tidak ada yang bisa lepas dari kedahsyatan malapetaka hari kiamat.
Kemudian Allah ﷻ beriman tentang hari itu apabila telah datang:
[35]يَوْمَ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ مَا سَعَى
“yaitu pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dia kerjakan”
Allah ﷻ mengatakan مَا سَعَى (apa yang telah dia kerjakan), مَا pada konteks ayat ini dalam bahasa arab dinamakan dengan مَا mausulah, yang dalam ilmu ushul fiqh memberikan makna keumuman. Artinya pada hari tersebut seluruh umat manusia akan mengingat seluruh perbuatan yang dia kerjakan selama di dunia. Tidak ada sedikit pun amalan yang dia luput dari mengingatnya, baik amalan kebajikan maupun amalan keburukan, meskipun sekarang ini banyak dari amal keburukan kita yang kita lupakan. Allah ﷻ berfirman:
أَحْصَاهُ اللَّهُ وَنَسُوهُ
“Allah menghitungnya (seluruh amal perbuatan itu), meskipun mereka telah melupakannya”. (QS Al-Mujadilah : 6)
Jangankan orang-orang kafir, orang-orang beriman pun sering lupa akan maksiat yang mereka lakukan. Jika ditanya sekarang berapa banyak orang yang telah kita gibahi? Kita tidak akan bisa menjawab. Jika ditanya berapa kali penglihatan haram yang telah kita lakukan? Kita tidak akan bisa menjawab. Terlalu banyak maksiat yang kita lupakan, terlalu banyak gibah yang kita lupakan, akan tetapi di akhirat kelak kita akan dibuat ingat oleh Allah ﷻ. Akan dibukakan buku catatan amal kita. Kaki-kaki akan menjadi saksi, tangan-tangan akan menjadi saksi, kulit-kulit akan berbicara, malaikat akan menjadi saksi, bumi akan menjadi saksi, maka bagaimana kita tidak akan mengingat apa yang telah kita kerjakan? Oleh karena itu, hari tersebut merupakan hari yang sangat dahsyat.
Kemudian Allah ﷻ berfirman:
[36]وَبُرِّزَتِ الْجَحِيمُ لِمَنْ يَرَى
“dan neraka diperlihatkan dengan jelas kepada setiap orang yang melihat”
Neraka jahannam sudah diciptakan oleh Allah ﷻ sebagaimana firman-Nya :
فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
“… Takutlah kalian kepada neraka Jahannam yang bahan bakarnya berasal dari manusia dan batu, yang disediakan untuk orang-orang kafir.” (QS Al-Baqarah : 24)
Pada hari tersebut neraka jahannam akan diperlihatkan, dalam hadist yang shahih yang diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Mas’ud bahwasanya Nabi ﷺ bersabda:
يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لَهَا سَبْعُونَ أَلْفَ زِمَامٍ، مَعَ كُلِّ زِمَامٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ يَجُرُّونَهَ
“Jahannam akan didatangkan pada hari itu dan dia mempunyai 70 tali kekang, dan setiap tali kekang akan ditarik oleh 70.000 malaikat.” (HR. Muslim no. 2842)
Berdasarkan hadits ini jika dihitung maka jumlah malaikat yang akan menarik untuk menghadirkan neraka jahannam adalah sekitar 4 milyar 900 juta malaikat. Ini menunjukkan betapa dahsyat dan besarnya neraka jahannam. Karenanya neraka jahannam senantiasa bertanya apakah masih ada tambahan untuk mengisi neraka sebab neraka begitu luas, ada 4.9 milyar malaikat yang menariknya.
يَوْمَ نَقُولُ لِجَهَنَّمَ هَلِ امْتَلَأْتِ وَتَقُولُ هَلْ مِن مَّزِيدٍ
(Ingatlah) pada hari (ketika) Kami bertanya kepada jahannam, “Apakah kamu sudah penuh?” Ia menjawab, “Masih adakah tambahan?” (QS Qaf : 30)
Kata Allah ﷻa :
وَبُرِّزَتِ الْجَحِيمُ لِمَنْ يَرَى
“dan neraka diperlihatkan dengan jelas kepada setiap orang yang melihat” (QS An-Nazi’at : 36)
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwasanya yang melihat neraka jahannam nanti hanyalah orang-orang kafir. Berdasarkan firman Allah ﷻ ini maka pada hari tersebut neraka jahannam tidak terlihat, yang melihat hanyalah yang melihat yaitu orang-orang kafir. Tatkala mereka diperlihatkan kepada neraka jahannam beserta isinya dan segala kedahsyatannya mereka akan ketakutan, adapun orang-orang beriman tidak diperlihatkan kepada mereka neraka jahannam. Adapun pendapat lain mengatakan bahwasanya orang-orang beriman juga melihat neraka jahannam, tetapi bukan pandangan adzab. Berbeda dengan orang-orang kafir, ketika neraka jahannam dipampangkan di hadapan dia, dan dia tahu mereka akan dimasukkan ke dalamnya maka yang dia rasakan adalah ketakutan dan kengerian. Adapun orang mukmin, dengan melihat neraka jahannam akan mengantarkan mereka kepada syukur terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah ﷻ karena telah menyelamatkannya dari adzab yang sangat pedih lagi abadi dan Allah ﷻ akan memasukkannya ke dalam surga. (lihat Tafsir al-Qurthubi 19/207)
Kemudian Allah ﷻ berfirman:
[37]فَأَمَّا مَنْ طَغَى
“maka adapun orang yang melampui batas”
[38]وَآَثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
“dan lebih mengutamakan kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat”
Semakna dengan ayat tersebut Allah ﷻ berfirman dalam ayat lain:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
“Akan tetapi kalian lebih mengutamakan kehidupan dunia.” (QS Al-A’la : 16)
Inilah keadaan orang-orang kafir yang hanya beriman dengan apa yang mereka lihat, mereka tidak beriman dengan hal-hal yang ghaib. Mereka seakan-akan lalai bahwasanya ada hari akhirat yang menanti, ada adzab yang abadi dan ada pula kenikmatan yang abadi. Ketika keyakinan terhadap akhirat mulai hilang dari hati, mereka akan mendahulukan kehidupan dunia. Adapun seorang mukmin, mereka hanya menjadikan dunia sebagai sarana dan bukan sebagai tujuan, karena tidak mungkin meraih akhirat kecuali setelah melewati dunia ini. Mereka hanya menjadikan dunia sebagai sarana untuk beribadah dan mencari akhirat. Oleh karena itu, diantara doa Nabi ﷺ :
وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِي دِيْنِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا
“Ya Allah, janganlah engkau jadikan musibah dalam urusan agama kami, dan jangan pula engkau jadikan dunia ini adalah tujuan terbesar dan puncak dari ilmu kami.” (HR At-Tirmidzi no 3502 dan dihasankan oleh Al-Albani)
Seorang mukmin mencari dunia namun tidak lupa dengan akhirat. Allah ﷻ memuji seorang pedagang yang berdagang mencari nafkah namun tidak lupa dengan akhirat. Allah ﷻ berfirman :
رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ۙ
“Orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat.” (QS An-Nur : 37)
Jual beli yang mereka lakukan tidak membuat mereka lalai dari mengingat Allah ﷻ dan dari mendirikan shalat. Perhatikan bahwasanya Allah ﷻ tidak sedang memuji orang-orang yang di masjid, tetapi memuji orang-orang yang berdagang. Karenanya tidak masalah apabila mencari dunia. Allah ﷻ berfirman:
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila shalat (jumat) telah dilaksanakan maka bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah (akan tetapi) ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (QS Al-Jumu’ah : 10)
Oleh karena itu, dunia dicari tapi tidak menjadi tujuan. Dunia hanyalah sarana untuk mengingat akhirat. Seseorang boleh berdagang, melakukan transaksi jual-beli, mengurus anak istrinya, tetapi selayaknya aktivitas-aktivitas tersebut tidak membuat dia lalai dari mengingat Allah ﷻ.
Kemudian Allah ﷻ berfirman:
[39]فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى
“maka sungguh, nerakalah tempat tinggalnya” .
Kemudian Allah ﷻ menyebutkan tentang orang-orang yang masuk surga. Allah ﷻ berfirman:
[40]وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى
“dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya”
Dia takut karena mengingat bahwasanya dia akan disidang oleh Allah ﷻ. Sebagian ahli tafsir dari kalangan salaf menyebutkan bahwa yang dimaksudkan dalam ayat ini yaitu seseorang yang hendak bermaksiat kemudian dia mengingat Allah ﷻ lalu berhenti dari maksiat tersebut. Ketika dia sedang bersendirian dan tidak ada yang melihatnya, maka dia akan mudah melakukan kemaksiatan namun tiba-tiba dia mengingat Allah ﷻ sehingga dia mengurungkan niatnya. Dan inilah tafsir dari firman Allah ﷻ dalam ayat yang lain
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ
“Dan bagi siapa yang takut kedudukan Allah ﷻ maka baginya dua surga.” (QS Ar-Rahman : 46)
Sunggguh beruntung dan sungguh mulia orang yang takut kepada Allah ﷻ, dia mengeluarkan air mata karena takut akan yaumul hisab (hari penghitungan amal), maka orang ini dijamin surga oleh Allah ﷻ. Dia sadar bahwasanya dunia bukanlah tempat terakhir baginya melainkan nanti ada hari kebangkitan. Dia sadar bahwa banyak ujian yang Allah ﷻ berikan di dunia ini, dia tidak mengizinkan dirinya mengumbar syahwatnya, dan dia harus mengekang jiwanya dari keburukan hawa nafsunya. Dia sadar bahwa banyak perkara-perkara lezat yang harus dia tinggalkan, karena Allah ﷻ melarangnya.
Kemudian Allah ﷻ berfirman:
[41]فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
“maka sungguh, surgalah tempat tinggalnya”
Setelah Allah ﷻ menyampaikan tentang kedahsyatan dan kengerian hari kiamat, Allah kemudian menyebutkan tentang orang-orang musyrikin yang bertanya-tanya kapan hari kiamat itu akan tiba. Allah ﷻ berfirman:
[42]يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا
“mereka bertanya kepadamu (Muhammad) kapan tiba hari kiamat?”
Pertanyaan semacam ini sebagaimana kata para ulama adalah pertanyaan ejekan kepada Nabi ﷺ. Andai saja hari kiamat benar-benar terjadi dengan segala kengerian dan kedahsyatannya, lantas kapankah hari kiamat? Mereka menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini kepada Nabi ﷺ dalam rangka untuk mengejeknya, akan tetapi Nabi ﷺ tidak memperdulikan pertanyaan mereka. Namun rupanya mereka mengulangi pertanyaan-pertanyaan tersebut, menanyakan kapan terjadinya kiamat. Sampai akhirnya disebutkan oleh seorang ahli tafsir, Nabi ﷺ bertanya kepada Allah ﷻ tentang kapankah itu hari kiamat karena desakan orang-orang musyrikin (lihat Tafsiir al-Qurthubi 19/209). Akhirnya Allah ﷻ menjawab dengan berfirman:
[43]فِيمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَ
“untuk apa engkau perlu menyebutkannya (waktunya)?”
Yaitu seakan akan Allah berkata kepada Nabi, “Janganlah bertanya tentang kapan hari kiamat, sesungguhnya hal itu bukanlah urusanmu”. Seakan-akan Allah menegur Nabi ﷺ. Atau maksudnya Allah mengingkari orang-orang musyrikin yang menanyakan hari kiamat kepada Nabi ﷺ. Seakan-akan Allah berkata, “Ngapain mereka bertanya-tanya tentang hari kiamat kepadamu, sementara engkau tidak mengetahuinya”. (lihat Tafsiir al-Qurthubi 19/209). Hal ini karena yang mengetahui hari kiamat hanya Allah ﷻ, tidak ada selain-Nya yang mengetahui hari kiamat bahkan malaikat Jibril pun tidak tahu. Sebagaimana dalam hadist Jibril tatkala jibril datang kepada Nabi ﷺ kemudian bertanya kepadanya tentang kapan tibanya hari kiamat. Namun Nabi ﷺ menjawab bahwa yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya. Artinya Nabi ﷺ dan malaikat jibril keduanya tidak tahu kapan hari kiamat terjadi.
Kemudian Allah ﷻ berfirman:
[44]إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا
“kepada Tuhanmulah (dikembalikan) kesudahannya (ketentuan waktunya)”
Bahwasanya ilmu tentang hari kiamat dikembalikan kepada Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman :
قُلْ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللَّهِ وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ
“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya ada pada Allah. Dan aku hanyalah pemberi peringatan yang menjelaskan”.” (QS Al-Mulk : 26)
Kemudian Allah ﷻ berfirman:
[45]إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرُ مَنْ يَخْشَاهَا
“Engkau (Muhammad) hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut akan hari kiamat tersebut”
Orang-orang kafir yang tidak takut akan hari kiamat tidak akan mendapatkan faidah dari peringatan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad. Yang mendapatkan faidah dari peringatan ini adalah orang yang beriman terhadap hari kiamat dan hari kebangkitan.
Kemudian Allah ﷻ berfirman:
[46]كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا
“pada hari ketika mereka melihat hari kiamat itu, mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari”
Tatkala mereka menyaksikan sendiri kedahsyatan hari kiamat, mereka pun mulai menyadari bahwasanya mereka akan kekal dalam nereka Jahannam dan hidup di dunia hanya sementara. Allah ﷻ berfirman:
كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِّن نَّهَارٍ
“Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, mereka merasa seolah-olah tinggal (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari.” (QS Al-Ahqaf : 35)
Mereka merasa seakan-akan selama ini mereka hidup di dunia hanya sebentar saja. Hari akhirat dinamakan hari akhirat karena itu adalah hari terakhir, hari penghujung yang tidak ada lagi hari setelahnya. Seseorang yang membandingkan kehidupan yang abadi dan kekal dengan kehidupannya yang selama ini dia jalani didunia ini niscaya tidak akan bisa dibandingkan. Diibaratkan dalam matematika jika 100 tahun dibandingkan dengan kekekalan niscaya tidak akan bisa dibandingkan. Kebanyakan kita, 1/3 waktu hidupnya kita digunakan untuk tidur. Andaikan umur manusia itu 60 tahun, kemudian 1/3 waktunya digunakan untuk tidur yaitu 20 tahun. Kemudian masa kecil sampai dia dewasa 15 tahun. 60 dikurangi 20 tinggal 40, 40 dikurangi 15 tinggal 25 tahun, itulah hidup yang hakiki. Sehingga hidup yang benar-benar dia rasakan hanya sebentar. Lantas berapa tahun yang dia gunakan untuk beribadah dibandingkan untuk mencari dunia dari umurnya tersebut.
Oleh karena itu, seseorang yang cerdas akan lebih mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. Karena dia tahu kehidupan dunia hanyalah sementara. Dan kehidupan dunia baginya hanyalah sarana untuk memasuki kehidupan yang kekal lagi abadi yaitu kehidupan akhirat. (Selesai)